Rabu, 29 Juli 2015

Konsep Penentuan Nilai Slump


Terdapat 2 hal yang perlu diperhatikan didalam pelaksanaan pengecoran beton,diantaranya adalah :

1. Faktor kekuatan
yang dalam hal ini merupakan kekuatan tekan karakteristik dari beton itu sendiri (fc’). Kekuatan tekan karakteristik adalah kekuatan tekan, dimana dari sejumlah besar hasil-hasil pemeriksaan benda uji, kemungkinan adanya kekuatan tekan yang kurang dari itu terbatas sampai 5% saja. (Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 N.I.-2)
Faktor kekuatan ini berkorelasi dengan umur dari beton tersebut.

2. Faktor kelecakan / workability
Ini merupakan faktor yang terkait dengan kemudahan didalam pelaksanaan pekerjaan. Salah satu parameter yang bisa dilihat terkait dengan hal ini adalah nilaislump
Slump adalah nilai jatuhnya beton,diukur dari permukaan atas cast kerucut terpancung.


Berdasarkan PBI 1971

Sebagaimana terlihat bahwa nilai dari slump adalah berupa rentang, yang besarannya adalah kisaran dari batas maksimum dan minimumnya.

Besaran dari Nilai slump memang cukup variatif, namun ini semata-mata hanya terkait dengan pelaksanaan pekerjaan beton tersebut dilapangan. Selama pelaksanaan pekerjaan beton tersebut, pihak pelaksana ,yang dalam hal ini kontraktor, mampu menjamin bahwa tidak akan terjadi keropos pada beton dan mampu menjamin bahwa tidak akan terbentuk honey comb pada beton, besaran ini cukup bisa dinaik dan turunkan (selama nilai tersebut tetap berada dalam batasan slump tersebut).

Perlu diketahui bahwa kualitas dari pelaksanaan pengecoran tidak hanya dipengaruhi oleh nilai dari slump beton. kualitas penuangan adonan mix beton pun berpengaruh, disisi lain bisa dengan cara menjaga kualitas vibrasi menggunakan vibrator dan metode pelaksanaan lainnya.

Namun bukan berarti nilai slump bisa diabaikan begitu saja, yang perlu ditekankan adalah bahwa nilai slump tidak kaku,dalam artian bentuknya adalah rentang.Selama tidak keluar dari batas rentang, kualitas dari beton bisa dijamin baik.

Misalkan nilai slump dari suatu elemen ditentukan sebesar 12 cm. Nilai tersebut tidak semata-mata kaku dengan ketetapan sebesar 12 cm, akan tetapi pada umumnya ada rentang/toleransi di dalamnya. Umumnya adalah ± 2 cm, atau seperti pada PBI 1971.

Kamis, 16 Juli 2015

Workabilitas Beton


Sifat ini merupakan ukuran dari tingkat kemudahan campuran untuk diaduk, diangkut, dituang dan dipadatkan tanpa menimbulkan pemisahan bahan susunan pembentuk beton. Taiji saji (1984) menguraikan bahwa sifat workabilitas beton segar ditandai dengan enam karakter yaitu : konsistensi, plasticity (plastisitas), placeability (kemudahan dituang), flowability (keenceran), finishability (kemudahan dirapikan), dan pumpability (kemudahan dipompa). Sedang Newman dalam Murdock (1999) menuliskan bahwa sekurang-kurangnya tiga sifat yang terpisah dalam mendefinisikan sifat ini, yaitu:
  • Kompakbilitas, kemudahan beton dipadatkan
  • Mobilitas, kemudahan beton mengalir dalam cetakan 
  • Stabilitas, kemampuan beton untuk tetap sebagai massa yang homogen, koheren dan stabil selama dikerjakan atau dipadatkan.
Tingkat kompakbilitas campuran tergantung pada nilai faktor air semennya. Semakin kecil nilai faktor air semen, adukan beton semakin kental dan kaku sehingga makin sulit untuk dipadatkan. Sebaliknya semakin besar nilai faktor air semen adukan beton semakin encer dan semakin sulit untuk mengikat agregat sehingga kekuatan beton yang dihasilkan semakin rendah.

Pengamatan workabilitas beton di lapangan pada umumnya dilakukan dengan slump test. Pengetesan ini merupakan petunjuk dari sifat mobilitas dan stabilitas beton. Neville (1981) menuliskan bahwa slump test bermanfaat untuk mengamati variasi keseragaman campuran. Pada beton biasa, pengujian slump dilakukan untuk mencatat konsistensi dalam satuan mm penurunan benda uji beton segar selama pengujian.


Selain itu workabilitas dapat juga diamati dengan mengukur faktor kepadatan, yaitu rasio antara berat aktual beton dalam silinder dengan berat beton dalam kondisi padat pada silinder yang sama. Faktor kepadatan memberikan indikasi bahwa tingkat kemampuan beton tersebut dipadatkan.


Sumber

Rabu, 15 Juli 2015

Jalan Beton



Jalan Beton


Sifat-sifat jalan beton:

  • Kuat
  • Awet
  • Bebas perawatan


Hal yang penting perlu dipahami, bahwa cara kerja struktur jalan beton adalah tidak sama dengan cara kerja konstruksi slab beton bertulang yang digunakan pada bangunan gedung. Meskipun sama-sama memakai material beton, sehingga awam yang melihatnya sepintas tidak ada perbedaan, tetapi tidak berarti bahwa cara desain maupun pelaksanaannya akan sama juga.
Jalan beton dari sisi perilaku strukturnya memang terlihat lebih bagus, tegangan yang timbul akibat beban yang sama relatif lebih kecil sehingga tidak diperlukan base-course yang tebal. Meskipun demikian, karena rigid maka pengaruh shrinkage (kembang susut) karena thermal menjadi dominan. Hal inilah yang menyebabkan dijumpai beberapa macam konstruksi jalan beton. Idenya ada dua, yaitu:

  • jika jalan beton dibuat kontinyu (pemakaianya nyaman) maka untuk mengantisipasi kembang-susut pada jalan tersebut harus dipasang tulangan baja sebagai tulangan susut. Meskipun jumlahnya relatif kecil, khususnya jika dibandingkan konstruksi slab pada bangunan gedung, tetapi penggunaan tulangan baja menyebabkan jalan beton ini menjadi mahal dan tentu saja pengerjaannya akan lebih kompleks. Ingat, ini konstruksi jalan, yang panjangnya relatif lebih panjang (besar) dibanding slab untuk kontruksi bangunan gedung.
  • jalan beton di sekat-sekat dengan siar dilatasi. Jadi jalan beton dibuat atau terdiri dari segment yang terpisah-terpisah. Dengan terpisah-terpisah ini maka resiko kerusakan akibat faktor kembang susut menjadi teratasi tanpa perlu memasang tulangan susut. Ini jelas akan lebih murah di banding sistem diatas. Masalah timbul, selain jalan ini menjadi tidak nyaman (perlu konstruksi khusus agar rata) tetapi juga ada masalah  jika terjadi beban di atasnya, tegangan di tanah pada pinggiran segement menjadi besar, berbeda dengan gambaran di atas. Untuk mengatasinya, agar segment sebelah dan sebelahnya juga dapat bekerja maka kedua segment yang berdekatan dipasangi dowel.

Selasa, 07 Juli 2015

Dokumen Lelang Tender


Dokumen-dokumen yang diperlukan untuk sebuah tender biasanya mengikuti persyaratan yang diminta oleh owner dalam proses penawaran proyek akan tetapi jika kita punya daya kreatif dan inovasi tinggi tentunya akan memberikan melebihi permintaan agar dapat menjadi yang terbaik dan memenangkan proses pelelangan proyek, meskipun untuk memenangkan tender terdapat berbagai faktor penentu lainya setidaknya dengan membuat dokumen penawaran yang baik kita sudah melakukan selangkah kedepan.

Tender proyek adalah sebuah proses pemilihan kontraktor yang tepat untuk melaksanakan proyek

Dokumen lelang yang disiapkan owner ( pemilik proyek) atau diwakili konsultan antara lain:

  • Rencana kerja dan syarat-syarat 
  •  Syarat-syarat megikuti lelang
  • Jadwal lelang
  • Daftar pekerjaan dan volume masing-masing pekerjaan ( bill of quantity)
  • Gambar perencanaan proyek
  • Definisi proyek


Dokumen lelang yang disediakan kontraktor dalam penawaran proyek konstruksi antara lain:
  • surat keterangan ahli konstruksi
  • Pengalaman kerja perusahaan
  • Daftar tenaga ahli
  • Daftar peralatan proyek
  • Schedule, atau jadwal proyek (kurva s, network planning atau bar
  • Metode kerja pelaksanaan proyek
  • Surat jaminan pelaksanaan dari bank
  • Foto kopi KTP dan ijazah tenaga ahli
  • Rencana anggaran biaya pelaksanaan proyek
  • struktur organisasi pelaksanaan proyek
  • Spesifikasi bahan yang akan dipakai untuk proyek
  • dll